Pages

Sabtu

Dear, Diary (Cinta dalam diam)



Jam dinding kamarnya menunjukan pukul 00.20 WIB. Cia yang sedari tadi tidak bisa tidur memilih untuk bangkit dari tempat tidurnya, lalu ia duduki sebuah kursi yang berada tepat didepan meja belajar nya, dengan perlahan Cia meraih buku diary dan membukanya lalu ia mengambil sebuah pulpen didalam tempat pensilnya. Cia sebenarnya tidak tau apa yang ingin ia tulis, tapi tiba-tiba ia teringat dengan sosok lelaki yang selalu menjadi penyemangat dalam dirinya. Tepat pada halaman yang kertasnya masih kosong tanpa ada goresan tinta sedikitpun ia keluarkan semua yang ada dihatinya kedalam sebuah tulisan, dan lagi, ia bercerita lagi tentang sosok lelaki yang selama ini ia cintai dalam diam.

Apa jadinya jika kau hanya terus diam memendam rasa cintamu?
Apa jadinya jika orang yang kau cintai tak kunjung datang?
Apa jadinya jika waktumu habis hanya untuk diam dan menunggu?

Menunggu. Iya, itu yang sedang aku lakukan. Menunggu sesuatu yang sangat tak pasti, menunggu seseorang yang aku sadari bahwa dia tak pernah menginginkan ku. 8tahun sudah terhitung sejak aku duduk di kelas 5 sd. Aku jatuh cinta dengan teman sekelas ku. Mungkin orang lain menyebut ini “cinta monyet”, tapi tidak bagiku, aku begitu yakin bahwa ini adalah cinta yang sesungguhnya dan sudah aku pastikan bahwa ia adalah cinta pertamaku. Tak ada yang bisa kulakukan selain diam. Sejak lulus SD, aku dan dia tidak pernah lagi berada dalam satu sekolah yang sama. Iya, memang aku sengaja tak memilih sekolah yang sama dengannya, karna aku hanya tidak ingin mengganggunya. Buatku, dengan diam dan memperhatikan nya dari jauh sudah cukup menyenangkan.

Sejak 8 tahun yang lalu Cia hanya terus diam memendam rasa cintanya. Mencintai dalam diam bukanlah hal yang mudah baginya, meskipun begitu Cia tidak punya keberanian yang besar untuk mengungkapkan isi hatinya, bahkan Cia-pun sangat takut untuk berharap terlalu banyak kepada lelaki yang ia cintai.

Aku merasa seperti dilemparkan waktu untuk kembali kemasa lalu. Kenangan cinta pertama memang sulit dilupakan. Sayangnya, tak semua cinta pertama berakhir bahagia. Ada yang dipendam dalam diam, ada juga yang tertahan karna malu untuk diugkapkan. Aku tau, aku pasti bukan orang pertama dan bukan satu-satunya yang hanya memendam dan terus diam.

Cia hanya tak tau kemana waktu akan membawa cinta nya pergi, mungkinkah waktu akan membawa nya kepada Fabyo? lelaki angkuh yang jelas-jelas sudah ia cintai selama 8 tahun dalam diamnya, ataukah Tuhan punya rencana lain? Mempertemukan Cia dengan lelaki yang akan mencintainya lebih daripada ia mencintai Fabyo?
Cia hanya tau bahwa cinta akan membawa kedalam kebahagiaan yang abadi, cinta akan menyelamatkan dirinya dari lorong kegelapan menuju tempat yang penuh dengan cahaya yang terang, cinta akan membuat hatinya merasakan dan akan selalu merasakan kedamaian. Tapi siapakah yang mampu menciptakan rasa kedamaian dihatinya? Siapakah yang akan membuatnya merasakan kebahagiaan yang abadi? Siapakah yang mampu membawanya melewati lorong kegelapan menuju ketempat yang terang?
Bolehkah Cia berharap bahwa Fabyo-lah yang mampu menciptakan itu semua? Bolehkan Cia berharap bahwa Fabyo-lah yang akan terus menggenggam erat jemarinya? Bolehkan Cia berharap bahwa Fabyo-lah yang akan berkata “sini aku peluk dulu” ketika Cia sedang menangis?
                                         
Bisa ga sih kamu gak bersikap sok angkuh dan sok cuek sama aku? Bisa ga sekali aja saat kamu melihatku, kamu tersenyum untukku? Bisa ga semenit aja aku merasakan sesuatu yang berbeda dari kamu, sesuatu yang mungkin bisa membuatku merasa sedikit bahagia karna kehadiranmu yang begitu menghangatkan? Apa kamu tau? Terkadang mata ini iri kepada hati, karna kamu ada dihati tapi tidak tampak dimataku. Aku tidak memiliki alasan yang pasti mengapa sampai saat ini aku masih ingin menunggumu, meskipun aku tau kamu tidak pernah meminta ditunggu dan diharapkan.

Kata demi kata ia uraikan, kalimat demi kalimat ia tuangkan dalam buku diary nya. Tanpa sadar air matanya jatuh dari kedua bola matanya, sederhana saja air mata itu jatuh bukan karna keinginannya tapi karna keinginan hatinya. Dadanya terasa begitu sesak, mungkin karna ia sedang merindukan Fabyo, atau mungkin karna ia sadar bahwa Fabyo bukan untuknya, ia sadar bahwa ia takkan pernah mampu menggapai cintanya Fabyo, dan bahkan ia tau bahwa tak mudah menjadi seperti wanita yang Fabyo inginkan.

There’s so many thing that I want to say but you so far away. It isn’t the end but it isn’t the beginning. so, I’m waiting time will bring me to see you in a beautiful place. This love feels pure and holy, feels like it’ll never end.

Satu alasan yang pasti mengapa Cia tak pernah ingin move on dari Fabyo. Karna Fabyo-lah yang selama ini menjadi penyemangat untuk dirinya. Karna setiap Cia mengingat Fabyo, nadinya terasa berdenyut kencang, terasa seperti ada energi yang membuat dirinya bersemangat. Bagi Cia tak perlu memiliki seorang kekasih kalau yang dibutuhkan hanyalah seorang penyemangat. Siapapun bisa menjadi penyemangat dalm hidup seseorang. Seperti Cia yang menjadikan Fabyo penyemangat dirinya meskipun Fabyo tak pernah mengatakan hal-hal lebih padanya.

Bukankah tak ada yang sia-sia dari sebuah penantian? Setelah menunggu pasti akan ada yang datang, setelah hujan akan ada pelangi, setelah malam akan ada siang. Semua ada waktunya, semua ada masanya, asalkan tak pernah berhenti berharap, asalkan terus mau berusaha dan berdoa, karna Tuhan tak akan pernah tinggal diam.

aku tau diluar sana banyak orang yang mengalami hal yang serupa denganku, aku tau diluar sana banyak orang yang terus memendam cinta nya dalam diam, dan aku tau setiap hati selalu menyimpan satu nama. Aku mencintaimu Fabyo, sungguh dalam diam tersimpan kekuatan harapan, dalam diam selalu terselip satu nama dalam doa, karna mendoakan adalah cara mencintai yang paling rahasia.


Sambil mengusap air matanya dipipi Cia menutup buku diary nya dengan perasaan lega, hatinya terasa begitu tenang, pikirannya terasa begitu ringan. Kembali ia menoleh jam dinding dikamarnya, jam sudah menunjukkan pukul 01.25 WIB. Kurang lebih satu jam sudah Cia menuangkan isi hatinya kedalam buku diary nya, pikirnya sudah waktunya ia tidur. Ia-pun langsung berdiri dan merabahkan badannya diatas tempat tidur, ia matikan lampu kamarnya lalu menarik selimut yang sedari tadi masih tertata rapi, dengan perasaan lega ia pejamkan kedua matanya. 

Selamat malam J

2 komentar:

  1. Kren ceritanya dan sangat menyentuh.tolong baca juga cerita d blog ku.buakaunite.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Ini nama blog ku.buakaunited.blogspot.com

    BalasHapus