Anggota Kelompok :
Sebelum jatuhnya Orde Baru, Bank Dunia selalu memuji prestasi pembangunan ekonomi Indonesia. Bahkan posisi Indonesia ditempatkan sebagai salah satu negara berkembang yang sukses pembangunan ekonominya, tanpa melihat proses pembangunan itu telah merusak dan menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan melilitkan Indonesia pada hutang luar negeri yang sangat besar. Satu hal penting yang dilupakan adalah bahwa semua keberhasilan itu dicapai dengan hutang, sehingga menjadi bumerang ketika Indonesia diterpa krisis pada tahun 1997. Seluruh bangunan ekonomi runtuh, perusahaan-perusahaan bangkrut, pengangguran meledak, kemisikinan meningkat, sementara beban hutang luar negeri semakin berat. Total hutang luar negeri sampai dengan Desember 1998 mencapai US$ 144, 021 milyar, terdiri atas hutang swasta US$ 83, 572 milyar (58,03%).
1. Fauziah Nisa Aryono
2. Novi Handani
3. Roy Nugraha
4. Savitri Rahmannisa 2. Novi Handani
3. Roy Nugraha
Sebelum jatuhnya Orde Baru, Bank Dunia selalu memuji prestasi pembangunan ekonomi Indonesia. Bahkan posisi Indonesia ditempatkan sebagai salah satu negara berkembang yang sukses pembangunan ekonominya, tanpa melihat proses pembangunan itu telah merusak dan menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan melilitkan Indonesia pada hutang luar negeri yang sangat besar. Satu hal penting yang dilupakan adalah bahwa semua keberhasilan itu dicapai dengan hutang, sehingga menjadi bumerang ketika Indonesia diterpa krisis pada tahun 1997. Seluruh bangunan ekonomi runtuh, perusahaan-perusahaan bangkrut, pengangguran meledak, kemisikinan meningkat, sementara beban hutang luar negeri semakin berat. Total hutang luar negeri sampai dengan Desember 1998 mencapai US$ 144, 021 milyar, terdiri atas hutang swasta US$ 83, 572 milyar (58,03%).
Dengan total penduduk
202 juta jiwa, beban hutang perkapita mencapai US$ 703 pertahun. Artinya setiap
bayi Indonesia yang lahir saat itu sudah memikul beban hutang sebesar US$ 303
atau sekitar Rp. 2.400.000,00 pertahun. Dalam laporan diskusi di harian
Kompas, diperkirakan Indonesia baru akan dapat membayar lunas hutangnya setelah
50 tahun. Dengan asumsi jumlah total hutang luar negeri Indonesia pemerintah
dan swasta sebesar US$ 140 milyar, untuk melunasinya, rakyat Indonesia harus
bekerja 24 jam sehari dengan upah Rp. 10.000,00 selama 50 tahun.
Lalu, bagaimanakah cara mengatasi hutang Indonesia yang saat ini telah mencapai 2000 triliun?
Menurut kami, tidak
mudah untuk menjawab pertanyaan ini karna Indonesia bukan tidak mampu untuk
mengatasi atau bahkan melunasi hutangnya, hanya saja menurut kami Indonesia
belum ingin terlepas dari hutang nya.
Banyak cara yang dapat dilakukan Indonesia untuk
mengatasi hutangnya. Pendapat kami agar Indonseia mampu melunasi hutangnya,
antara lain :
1.
“NO KKN” ini
adalah point terpenting yang harus dilakukan oleh Indonesia. Dengan tidak KKN
kita dapat meminimalisir pengeluaran Negara.
2.
Meningkatkan
ekspor dan mengurangi impor, menurut kami salah satu cara mengurangi impor dengan
melakukan kerjasama antar pulau. Dengan itu maka bila ada satu daerah yang
berlebihan bahan pokok dapat menyalurkan bahan ke daerah yang membutuhkan. Cara
ini juga dapat menekan atau mengurangi laju inflasi.
3.
Menggali Sumber
Daya Manusia dan Sumber Daya Alam tersedia agar dapat dimanfaatkan dengan baik
.
4.
Meningkatkan
Pendapatan Negara, dengan penghematan pengeluaran serta peningkatan pemasukan dari
pajak, laba BUMN dan sumber lainnya serta bangga akan produk dalam negeri.
Solusi yang paling
sederhana untuk mengatasi utang luar negeri adalah dengan mengoptimalkan
restrukturisasi utang, khususnya melalui skema debt swap, di mana sebagian
utang luar negeri tersebut dikonversi dalam bentuk program yang berkaitan
dengan pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya. Selain
itu, perlu mengoptimalkan upaya meminta pemotongan utang atau meminta
pembebasan utang dengan memberi alasan logis dengan disertai fakta-faktanya. Perbaikan
ekonomi dapat ditempuh dengan keterpaduan antara reformasi moral para pelaku
bisnis, penyelenggara negara dan perubahan struktur ekonomi yang efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar